Beri aku 1.000 orang tua,
niscaya akan kucabut Sumeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan
kuguncangkan dunia”.
Soekarno
Tanggal 28 Oktober merupakan sebuah
momentum besar bagi Bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda adalah bukti autentik bahwa
tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Peringatan Sumpah Pemuda
yang dilaksanakan setiap 28 Oktober, seharusnya dapat dijadikan momentum untuk
kembali memperhatikan kilas balik perjuangan generasi terdahulu. Generasi muda
terdahulu mampu berpikir kritis demi perubahan negeri ini kearah yang lebih
baik. Maka seharusnya generasi muda saat ini dengan segala kemampuan yang ada
dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk Bangsa ini.
Namun pada faktanya pemuda saat ini
seakan larut dalam atmosfer peradaban yang rusak. Sumpah pemuda saat ini hanya
bagaikan euforia yang digaungkan ketika moment itu menjelang dan tak lama
kemudian menghilang. Para Intelektual muda dicekoki oleh pemikiran-pemikiran
asing seperti Liberalisme, Sekulerisme, Kapitalisme, Pluralisme, Hedonisme dan
Materialisme. Pemikiran asing itulah yang membuat para Intelektual muda saat
ini melepaskan atribut mereka sebagai generasi perubah peradaban. Mahasiswa
sebagai Kaum Intelektual yang identik dengan perubahan peradaban sudah
selayaknya memiliki cakrawala berpikir yang luas dan mendalam tentang
problematika yang terjadi disekeliling nya.
Maraknya rencana gerakan mahasiswa
yang ingin turun ke jalan guna mencabut legitimasi kepemimpinan saat ini
disinyalir banyaknya kepentingan dari pihak dan kelompok tertentu untuk
menggunakan mahasiswa turun ke jalan. Menurut Direktur Studi Demokrasi Rakyat
Hari Purwanto, Kamis (22/10/2015). “Kemasan yang diusung adalah 1 tahun evaluasi
pemerintahan Jokowi-JK yang dianggap gagal dalam menjalankan roda pemerintahan.
Tapi harus kita analisa secara jernih bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih
banyak faktor eksternal yang mempengaruhi.” ( tribunrakyat.com)
Sedangkan menurut Ketua Umum DPP Pospera
Mustar Bona Ventura, Sabtu (24/10/2015). Relawan Jokowi tergabung dalam Posko
Perjuangan Rakyat (Pospera) menilai survei nasional yang dirilis oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) itu cenderung subyektif dan
sangat jelas ada muatan politisnya. “Jika obyektif itu dipaparkan dengan
data-data. Sementara ini tidak tanpa ada data apapun,” tambahnya.
(beritaasatu.com)
Kemudian dilanjutkan oleh Ketua Umum Badan Investigasi Independen Penelitian Kekayaan Pejabat dan Pengusaha (BIIPKPP) RI Darsuli R Saputra yang juga menilai satu tahun masa ini banyak capaian yang dilakukan oleh pemerintahan dan kabinet kerja Jokowi telah berhasil diraih. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Ia pun menyayangkan hasil survei BEM SI tersebut ada agenda terselubung.
Berbeda halnya dengan pendapat
Pengurus Pusat Pemuda Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Mahyudin Rumata
menilai akan lebih baik jika pemuda dan mahasiswa mendorong Pemerintahan Joko
Widodo – Jusuf Kalla untuk mengatasi bencana asap di Indonesia. Secara lugas
menurutnya “Pemuda dan mahasiswa mestinya saat ini fokus menyoroti semakin
parahnya kabut asap. Meminta tanggungjawab negara atas keselamatan warga
negaranya, bukan sibuk mengurusi issue pergantian menteri.” (24/10
mitranews.net.)
Terkait hal ini berbicara masalah
pemuda, ia adalah hal yang selalu menarik untuk dibahas, sebab pemuda telah
mewarnai lika-liku perjalanan sejarah. Bicara pemuda adalah bicara tentang masa
depan, sebab merekalah yang menjadi pemimpin masa depan suatu bangsa, merekalah
yang menjadi potret kondisi sebuah bangsa, merekalah yang menjadi harapan
dimana masa depan bangsa dibebankan ke punggung mereka, dimana tanggung jawab
ke depannya akan sepenuhnya diamanatkan ke tangan mereka.
Tak dapat dipungkiri, ia telah menoreh
catatan sejarah dengan tinta emas sepanjang peradaban manusia. Namun yang
menjadi ironi, semakin lama, eksistensi pemuda tenggelam seiring berjalannya
zaman.
Hari Sumpah Pemuda, hari dimana
peran pemuda direfleksikan kembali, bahwa bangsa ini juga digerakkan dengan
dinamis oleh generasi muda. 28 Oktober bukan sekedar ketika sumpah dilantunkan,
toh jika ditanya kepada generasi muda, tak sedikit yang salah bahkan tidak
hafal sama sekali terhadap “teks” sumpah tersebut. Ia buka sekedar tentang
“teks” sumpah, namun ada esensi lain yang begitu penting yang harus dipahami
oleh setiap generasi muda yang katanya adalah agent of change.
Disaat kondisi bangsa seperti saat
ini peranan generasi muda atau mahasiswa sebagai pilar penggerak, pengawal
jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan
jaringannya yang luas, pemuda dan mahasiswa dapat memainkan peran yang lebih
besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Terutama untuk peran
serta mereka dalam konteks pembangunan bangsa kedepan.
Oleh sebab itu dalam kompleksitas
permasalahan bangsa saat ini, mahasiswa memang harus tetap mengedepankan
idealisme, bukan berorientasi pada nilai praktis dan pragmatis, Untuk itu,
kesadaran mahasiswa sebagai masyarakat terdidik dan kekuatan pembaharu, sudah
sepantasnya untuk selalu menjadikan idealisme sebagai paradigma pemikiran yang
sebenar-benarnya. Idealisme tersebut harus melebur dalam peran dan tanggung
jawab mereka sebagai agen perubahan.
|
Kamis, 27 Oktober 2016
Peran Mahasiswa dalam memaknai sumpah pemuda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar